menjadi dewasa adalah dambaan setiap orang, begitu juga dengan saya. betapa indahnya ketika hidup dihiasi dengan kedewasaan, diputuskan dengan kebijaksanaan dan diselesaikan secara arif. tidak melibatkan emosi apalagi amarah. sungguh indah.
tapi seiring dengan waktu yang berjalan. semakin banyak saya mengenal orang semakin jelas pula tingkat kedewasaan itu. sangat relatif sekali. dulu saya berfikir semakin tua seseorang maka semakin dewasalah dia. ternyata tidak. anggapan saya dulu salah besar. karena dewasa tidak terletak pada umur yang tua, tetapi terletak pada kematangan cara berfikir dan bagaimana dia menggunakan logika dalam menjalani hidup.
saya bukan sedang ingin membandingkan. tapi realita yang saya lihat begitulah adanya. seseorang yang berumur 35 tahun dengan seseorang yang berumur 26 tahun. yang berumur 35 tahun cenderung menggunakan emosionalnya ketika menyikapi sesuatu sementara yang berusia 26tahun lebih menggunakan logika ketika ia menghadapi sebuah permasalahan. dengan begitu saya merasa lebih nyaman ketika berdiskusi ataupun bercerita kepada yang masih berumur 26 tahun. bukan lantas saya tidak pernah berdiskusi dengan seseorang yang usianya hampir kepala empat tersebut. tapi sedikit saja saya melakukan kesalahan, seperti candaan yang menurut saya biasa saja ternyata menjadi sangat besar bagi dia. lantas terjadilah misscomunication.
sungguh, respon yang berbeda saya dapatkan pada seorang kakak yang 5 tahun usianya lebih tua dari saya. dengan bahasa kalbunya kemudian ia menjelaskan dan memberi nasehat tanpa sedikitpun mendikte saya. luar biasa. ternyata kedewasaan telah membuatnya menjadi bijak dan arif, tidak egois apalagi memvonis orang lain. tetapi saya juga tidak menyalahkan si 35 tahun itu. mungkin saja masalah hidup yang ia hadapi membuat perasaannya menjadi sensitif. toh, sudah berulang kali ini terjadi. wallahu'alam.
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)