hidup ini unik, begitu tadi siang aku mengatakan kepada seseorang. yah...unik karena semua unsur melebur menjadi satu, tidak sah rasanya hidup tanpa pernah merasakan bagaimana rasanya susah, sedih atau bahagia, juga bukan hidup namanya jika tidak pernah mengalami kesulitan maupun kebahagian, dan itu berbeda kadarnya untuk setiap individu.
seorang pengemis makan mungkin hanya satu hari sekali, itupun kalau ada, tetapi ia sudah merasa bahagia bisa mencicipi bagaimana rasanya nasi,meski tanpa lauk yang berarti. sementara orang yang punya kecukupan rejeki makan dengan lauk ayam masih saja belum bisa membuatnya merasa nikmat, karenanya mereka menambah daftar menu makan mereka denga salad, kerupuk, sayuran atau juga sambal terasi, dan juga buah, segelas susu agar empat sehat lima sempurna bukan hanya selogan semata.
hidup juga harus diselingi dengan airmata sesekali, walaupun itu air mata kebahagiaan. juga tawa canda, meskipun hati saat itu sedang dirundung duka dan berkecamuk. hidup memang seperti permen nano nano...begitu seseorang mengatakan padaku tadi siang, yah...karena disana ada manis, ada asam dan asin.
pahit dan getir kehidupan haruslah dirasakan oleh setiap orang agar ia bisa berempati kepada sesamanya. yah..kenapa saya mengatakan begitu karena semakin tua zaman, semakin banyak pula keanehan-keanehan yang muncul. semakin banyak manusia yang kehilangan empatinya, coba saja lihat di perempatan lampu merah, tangan-tangan dekil tanpa alas kaki menadah menahan malu melalui jendela mobil-mobil mengkilat, sambil bergumam entah apa, kadang tidak begitu jelas, mungkin karena mereka lapar. ada yang memberi sekeping dua keping tapi lebih banyak lagi yang menghadiahi mereka dengan ucapan maaf!!!.
andai saja tangan-tangan dekil itu mampu menyahut tentu mereka akan bilang begini: kami tidak perlu maaf, yang kami perlukan adalah sekeping dua keping logam dari anda, agar kami bisa makan dan melanjutkan kehidupan hari esok. tapi ah...mana mungkin mereka berani mengeluarkan kata-kata seperti itu kalau tidak mau mendapat umpatan balik.
memang benar kehidupan ini seperti nano-nano, manis asem asin rasanya. disaat yang sama orang merasakan nikmat dan manisnya hidup sementara orang lain hanya merasakan empedu dari kehidupan itu sendiri. disaat yang sama pula orang-orang menderita karena perang bertahun-tahun, kita malah bilang kok negeri orang yang jauh dibela-belain tapi negeri sendiri diabaikan, parahnya lagi ada yang bilang islam kok dijadikan alat untuk berbagai kepentingan. atau ketika suatu daerah dilanda musibah ya kok teganya mengatakan kalau itu adalah azab dari allah karena banyak melakukan kemaksiatan sehingga bukannya didoakan malah diaminin. hidup memang seperti nano-nano...disaat orang-orang kelaparan ada yang sibuk memperkaya diri dengan harta-harta yang tidak halal, disaat ada yang tidur di tenda...eh yang kaya malah sibuk tidur keluar hotel. wallahu'alam.
Tulisannya bagus, bahasanya mengalir. Kalo menurut saya sih, seriusin aja karya kamu ini. Kamu ikut keanggotaan FLP yah ?
BalasHapussalam,
.:: arana ::.