Senin, 26 Juni 2006,
Pagi sekali, udara jakarta yang pekat berkabut,aku lewat tuk bkerja dan kulihat pintu dan jendelamu belum terbuka. kamu pasti belum bangun. Aku hanya menyelipkan secarik kertas dibawah daun pintumu. Semoga saja kau lekas-lekas membacanya.Isinya:Sengaja aku menaruh kertas ini dibawah daun pintumu, sambil menyingsingkan lengan bajuku menyambut sibuk yang akan segera menyergapku. Inilah yang bisa ku perbuat dan inilah pula yang kurasa paling sopan. Aku tidak melemparkannya seperti tukang koran pagi yang biasa melakukannya di halaman rumahku, tidak pula mejadikannya pesawat-pesawatan lalu melemparkannya ke lubang ventilasimu dengan harapan akan jatuh diatas tempat tidurmu. Aku berharap persediaan maafmu masih banyak, karena aku akan memintanya lagi pagi ini. Permintaan maafku atas kepergianku tanpa menutup pintu kemarin.Pekerjaan disini ternyata meminta sampai ke sisa-sisa waktuku disore hari menjelang pulangku, kadang-kadang juga meminta lebih dari itu. Bahkan kesempatan untuk berpamitan padamu sesaat saja pun tak diberikannya.Sekali lagi, maafkanlah aku dan maafkanlah juga kantorku ini.Hari ini, bila kamu bangun tidak terlalu siang, mungkin masih dapat menyaksikan bintang kecil di langit dari sudut jendela kamarmu. Tersenyumlah padanya karena ia telah berusaha sekuat tenaga untuk tetap bercahaya menyambutmu di pagi ini. Karena sebentar lagi ia akan lenyap tertutup bias sinar matahari. Setelah itu, bersiap-siaplah menyambut harimu ini bersama do'aku, semoga langit senantiasa teduh hingga kamu tidak terlalu berkeringat. Atau, kalaupun kamu harus berkeringat, semoga saja ada tukang es krim keliling yang segera dapat kau temukan...., amiin.Itu saja yang dapat kusampaikan, semoga saja aku segera dapat menyapamu lagi hari ini, dan terima kasihku untukmu karena telah menggenggam tanganku erat dan mesra sekali kemarin,
Wassalam,
Kaka Besar.....
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)