layakah Rumput jatuh cinta? pada pengembara yang menumpang lewat dalam kehidupannya. yang bercerita sekilas tentang arah dan tujuannya, sedikit tentang negeri asalnya lalu kemudian pergi lagi. Rumput beruntung, Pengembara memilih menginap ditempatnya malam itu, membuat api unggun yang kecil sehingga Rumput bisa merasai sedikit kehangatan dimalam yang benar-benar dingin. mereka mengobrol hingga malam tua dengan kata-kata sepatah-sepatah. Rumput merasa tertarik pada Pengembara muda itu, ia menyukai kekakuan dan kedinginannya, sedikit angkuh barangkali. Rumput juga heran bagaimana mungkin Pengembara dengan sifat seperti itu yang dia sukai, kaku, bahkan belum pernah sekalipun ia mendengar kata terimakasih atas apa yang telah dilakukan Rumput untuknya. Rumput telah mengijinkannya mendirikan tenda ditempatnya, memasakkan makanan spesial untuk menjamunya pertama kali, membantunya mencari kayu untuk perapian, tetapi lelaki asing itu seperti batu yang teronggok dan tak bisa mengucapkan terimkasih, tapi itu tak diambil pusing oleh Rumput.
tapi malam ini Rumput merasa ada yang berubah dari Pengembara itu. ia sedikit lebih hangat. sempat beberapa kali bercanda. tadi siang ia diajak ikut memancing ke sungai untuk lauk makan siang mereka.
"kau baik sekali hari ini" puji rumput tulus. matanya mengapung diair. sama sekali tidak melihat sipemilik wajah dingin itu. sorot matanya yang tajam membuat rumput tak berani menatapnya, ia takut hatinya kembali bergetar sama seperti setiap kali emreka beradu pandang.
"sebelumnya aku jahat?" tanya pengembara
"aku tidak bilang begitu"
"ya"
"Horee.....aku dapat ikannya" teriak rumput bersuka cita karena tangkapannya berhasil. tidak sia-sia ia sudah membuang waktu satu jam disunga berbatu ini, arusnya lumayan deras, batunya besar-besar, disekelilingnya tumbuh pohon pakis yang sesekali dipetik rumput untuk disayur. pengembara mengulum senyum melihat kesuka riaan rumput.
"masakanmu enak, Put" puji pengembara dengan tulus.
"oh ya?" rumput mendongak
"iya, ikan bakar mu enak sekali, begitu juga dengan tumisan pakisnya. dimana kamu belajar memasak?"
"Cinta"
"Cinta?"
"He-eh..."
"aku ngga ngerti"
"begini, sesuatu yang dilakukan dengan atau karena cinta, semuanya akan terasa lebih indah, lebih nikmat dan terasa sempurna. aku memasak dengan penuh cinta sehingga masakanku menjadi enak, yang makan juga barangkali memakannya dengan cinta sehingga ia merasakan enak pula, coba kalau dia makan dengan amarah dan benci, masakan seenak dan selezat apapun tetap terasa tidak enak..." jelas rumput panjang lebar.
"kau ini bisa saja, apa termasuk tinggal dihutan ini sendirian karena cinta?" tanyanya penuh selidik.
"iya, aku melakukannya untuk cinta. semoga aku bisa bertahan disisa waktu untuk mencintainya..."
"kau mencintai pohon beringin besar itu?"
"tidak" jawab rumput cepat. "beringin itu terlalu tinggi untuk bisa kugapai, aku tidak pernah berfikir untuk mencintainya"
"lalu?"
"ada burung, dengan warna yang cukup indah. dia tidak berasal dari wilayah ini, tapi tinggal dibelahan bumi yang lain yang sangat jauh sekali dengan ku. aku menyukainya, begitu juga dia, entah kami bisa dikatakan sepasang kekasih entah tidak. yang pasti diantara kami ada rasa cemburu, ada rindu, ada marah kadang juga sakit hati jika salah satu diantara kami ada yang melakukan sesuatu yang tidak kami sukai. mungkin untuk sebuah kesia-siaan...."
"kenapa begitu?"
"untuk sesuatu yang tidak pasti"
"hmm..."
"entahlah...apa rumput boleh jatuh cinta"
"Rumput juga punya perasaan, punya hati dan naluri....tak ada larangan untuk jatuh cinta"
"aku tidak tahu"
"apa saat ini juga sedang jatuh cinta?" tanya pengembara tiba-tiba. rumput gelagapan. mukanya bersemu merah, ia menunduk, jantungnya bergetar lebih kencang. rumput melirik pengembara yang dibalas dengan senyum yang lembut.
"aku...."rumput terbata. "aku...jatuh cinta kepada siapa disini? tak ada yang bisa kucintai ditempat seperti ini" akhirnya rumput menemukan jawaban jitu.
"kau yakin?"
"apa maksud pertanyaan mu?"
"jatuh cinta pada ku mungkin"
"he he he...aku? jatuh cinta pada mu? orang asing yang baru ku kenal dua hari? aku tak yakin..." elak rumput.
"Baiklah, tak apa. tapi coba kau renungkan apa yang telah kau lakukan untukku, menemaniku memancing, memasak untuk ku, kau bahkan sama sekalit idak marah atau kesal dengan sikapku yang acuh tak acuh. apa itu denganmudah kau lakukan bila tidak ada perasaan apa-apa?"
"aku tidak ingin kau salah menganalisa"
"Tapi sampai kapan kau mencintai yang disana? tanpa kepastian. atau kau memang tahu bahwa dia tak bisa kau miliki, bukankah ini namanya sia-sia?"
"apakah ada yang sia-sia untuk cinta?"
"Maaf, aku tak bermaksud menyinggung perasaan mu"
keduanya diam, rumput menjulurkan kakinya ke air. dingin. ia menjadi tak semangat lagi memancing. tapi meninggalkan pengembara seorang sendiri itu tidak mungkin pikirnya. sejujurnya ia ingin selalu dekat disamping lelaki asing itu. merasai sedikit kedinginannya juga kehangatannya yang tak biasa.
rumput terpekur menatap butiran air yang pecah, pikirannya melayang jauh. pada yang disana. sempat terfikir untuk membiarkannya begitu saja, mengakhiri catatan mereka dari hari-hari kemarin. tetapi nyatanya sampai hari ini masih ada pena yang terus bergerak untuk sebuah kisah. surat-surat cinta masih ada, kata-kata mesra masih sering terdengar.
selingkuh? ia sama sekali tidak pernah berfikir kesana. bagaimana kalau dengan pengembara ini? benar kalau ia menyukainya, betul juga kalau ia mempunyai rasa yang sukar diterjemahkan selama kehadiran pengembara ini. tetapi itu bukanlah bentuk lain dari pengkhianatan.
"hari ini kita cukupkan saja memancingnya, sudah ada lima ekor, sudah melebih dari cukup untuk makan siang kita"
rumput tak bergeming, sepanjang perjalanan pulang ia hanya diam, begitu juga ketika memasak, membersihkan ikan. tak ada suara selain gemerisik yang ditimbulkan dari suara-suara sekitar. pengembara heran dengan perubahan rumput tetapi ia tidak berani bertanya.
"kapan kamu pulang ke negeri asalmu?" tanya putri setelah mereka makan siang.
"dua tahun lagi"
"aku akan kembali sendiri, menunggui yang disana hingga masa waktu itu habis. dan entah sampai kapan." rumput menangis. tapi ia segera menyeka air matanya."apa tidak boleh rumput jatuh cinta seperti yang lain, yang bisa ia miliki, yang tak perlu menunggu waktu untuk mengadu rindu, yang tak perlu ditutupi dengan kebohongan untuk sekedar bertemu atau mendengar suaranya. apa tidak boleh..." rumput berkata lirih. ia sama sekali tidak mengharapkan jawaban dari semua itu.
"kau akan ada yang menemani, ada pohon, ada angin, hujan, bulan, matahari, bintang...." pengembara tak yakin apakah kalimat itu bisa menghibur rumput atau justru sebaliknya, membuatnya kian sedih. ia bisa merasakan kesedihan dan kelelahan pada diri rumput atas cintanya yang tak biasa. dia yang ingin mengakhiri semuanya tetapi tidak memiliki keberanian.
"alangkah tidak enaknya berada diposisi rumput" batinnya
"rumput..." pengembara menggenggam tangannya, sementara tangan kanannya menyeka dua butir di pipi rumput. "jangan menangis ya..."
"apakah menangis hanya untuk mengartikan kesedihan?"
pengembara menggeleng. ia memberanikan diri memeluknya. tubuh rumput terasa panas, tetapi ia kedinginan, mukanya pucat dan bibirnya bergetae. rumput nyaris tak bergerak dalam pelukannya.
"aku boleh mencintaimu?" tanya rumput nyaris berbisik
pengembara tertegun mendengar ucapan rumput, ia tak menyangkan rumput akan seberani itu menyatakan perasaaannya.
"jangan takut pengembara...aku tidak memintamu mencintai ku..."
"bukan itu maksudku..."
"ya, kau akan pergi dua tahun lagi dan aku tetap disini, menunggu sisa waktu itu...."
pengembara menguatkan pelukannya...
rumah Adam, 26-27/08/06
pkl 23:04-01:02