hari hari yang telah kulalui tak ubahnya seperti kain perca untuk menambal catatan sejarah hidupku yang terkoyak, namun hingga saatnya tiba tambalan tersebut bahkan tak pernah mendekati sempurna. banyak yang kutemui, banyak yang kudapatkan maka semakin kayalah aku namun banyak pula yang hilang dari diriku, banyak yang berkurang, miskin kah aku?
kaya dan miskin menurut catatanku bukanlah nominal rupiah yang juga berpelangi, bukan pula bangunan-bangunan kokoh namun dibaliknya terselip manusia licik yang culas tak bernurani. dan diluar sana rumah-rumah tak sempurna dengan dinding dari kardus berdiri menyainginya, padahal atapnya tak sempurna dan lantainya adalah tanah yang bau.
dua kertas putih tahun lalu kusiapkan ditempat khusus disalah satu ruang dihatiku. setiap hari kucatat melalui lisan, kaki, tangan, dan seluruh organ tubuhku. kadang sampai tercecer terbawa angin, mengejar aku memungutnya dan terkadang ada yang sudah belumur lumpur kehidupan, lalu kupercikkan kesana kemari kulipat lalu kumasukkan dalam kantung kecil dijiwaku. menjelang azan subuh akhir tahun dengan gemuruh didada kupandang catatan putih tersebut. nafasku nyaris tersekat diujung lorong urat leher ku.
hhhh...
perlukah aku uraikan dengan detil disini?
apa aku harus menuliskannya dengan begitu sempurna hingga lelah tangan ku? tak ada tinta yang cukup banyak untuk melukiskan kegilaan ku sebagai seorang hamba. tak cukup tempat untuk menguraikan hari ini detik ini, aku sedang melakukan apa Tuhan?
aku hampir tak punya muka,
ketika seluruh tubuh berebut meminta tangan mewakilkan suara hati mereka, catatan akhir tahun, mulut, hidung, telinga, kaki....semuanya,
tegakah menyiksa ku dengan semua catatan hitam ini wahai tangan ku?
tapi tanganku terus bergerak...
dengan bantuan remote control yang dikendalikan oleh hati dan akal.
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)