Banyak hari silih berlalu
Datang dan pergi membawa rindu
Di sini duduk aku selalu
Dalam dingin pagi yang sendu
Kekasihku entah kemana
Hilir mudik mengukur jalan
Tidak peduli aku merana
Mungkin akan mati perlahan
Pagi dingin senja berembun
Siang lengang kabut malampun turun
Hanya tangan menggurat pantun
Karena hati yang sedih gegetun
Ada awan di langit biru
Membuat mata urung menatap
Ada dendam dihati nan rindu
Lewat kata mungkinkah terungkap
Pinsil digigit mata menatap
Hati sakit duka meratap
Akhir cinta seperti gelap
Di atas bantal sayang terlelap
Libur panjang berujung harap
Tiada surat alangkah berduka
Berkata cinta janganlah kerap
Tiada dijawab jadi petaka
Mungkin kan sering mata berkaca
Karena rindu dalam terukir
Bukan karena buruk cuaca
Janji bertemu ternyata mangkir
Ada tanya di sudut hati
Apakah cinta akan berakhir
Bila nanti aku tlah mati
Tiada lagi mata berair
Kasihku pergi memburu berita
Mambawa kabur kupunya asmara
Setelah mengikat tali cinta
Hingga hati merah membara
Pagi sepi malampun kosong
Tidak bak dulu yang penuh harap
Berangkat sunyi pulangpun kosong
Hanya hampa selalu di dekap
Pantun cinta salinan tangan
Dari hati yang berdebaran
Sedikit bolehlah berangan-angan
Alangkah sedih bila bubaran
Salam likum lalu pamit
Jumpa hanya hitungan detik
Kasihku seperti dipingit
Apakah agar lebih cantik
Kasihku pergi seharian
Katanya sibuk ikut el es em
Meninggalkan aku sendirian
Apakah ia punya te te em?
Inilah kisah orang melayu
Kalau sedih ia berpantun
Bukan karena cintanya layu
Cara kesal yang agak santun
Bacalah baca duhai kasihku
Agar engkau bisa mengerti
Segini banyak sudah rinduku
Tapi ku hanya bisa menanti
Ohh......... L
(seperti yang dikirimkan seseorang)