Banda Aceh, Andalas
Pasca bencana besar akhir desember tahun 2004 lalu sangat banyak dana dari berbagai penjuru dunia yang mengalir ke Aceh. Tapi sayangnya aliran dana tersebut tidak merata keseluruh lapisan masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Perhatian pemerintah maupun LSM/NGO hanya terfokus pada beberapa wilayah yang terkena tsunami saja, sementara daerah yang secara langsung tidak terkena bencana tersebut luput dari perhatian.
Padahal kenyataannya banyak masyarakat didaerah bekas wilayah tsunami sudah jauh lebih baik kehidupannya dibandingkan daerah seperti Tangse atau Geumpang yang tidak terkena. Tetapi mereka tetap bertahan untuk tinggal dipenampungan/shelter dengan alasan yang tidak logis. Ungkapan tersebut dikemukakan oleh Burhanuddin, Direktur Eksekutif DeVa dalam bincang-bincang dikediamannya kemarin, rabu (25/4).
Dari hasil pengamatannya dilapangan selama ini, ia mengatakan bahwa tidak seluruhnya korban tsunami yang kondisinya masih sangat memprihatinkan malah tidak sedikit dari mereka yang mempunyai barang-barang mewah seperti sepeda motor, kulkas, tv/vcd player. “sebagian dari korban tsunami sudah mapan secara ekonomi, tetapi mereka tetap tidak mau pindah dari penampungan karena disana banyak bantuan.” Tegasnya lagi.
Selain itu seperti beberapa wilayah seperti Calang dan Lamno katanya, ikatan kekeluargaan masyarakatnya masih sangat tinggi. Dalam satu desam bukan tidak mungkin mereka itu semuanya mempunyai hubungan kekeluragaan. Inilah yang selama ini menjadi faktor mengapa sampai terjadi penggandaan rumah dan lain sebagainya. “mereka akan berjuang mati-matian agar semua keluarganya memperoleh bantuan, walaupun sebagian keluarga mereka tidak tinggal diwilayah tersebut.” Katanya menutup pembicaraan. (Irma Hafni)
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)