maraknya berbagai hujatan dan cacian yang dialamatkan terhadap Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-NIAS sepertinya sudah menjadi rahasia umum, ada yang menganggapnya biasa saja karena tidak punya kepentingan apa-apa disana, adapula yang menaggapinya dengan sangat antusias, karena ternyata dirinya satu dari sekian orang yang selama ini bernaung disana. namun, adapula yang membantah habis-habisan karena dirinya tidak seperti yang dituduhkan. intinya, apa yang terlihat hitam bukan selamanya noda, dan apa yang terlihat putih bukan selalu kain putih, bisa jadi ampas kelapa yang ujung-ujungnya dibuang ke kotak sampah.
inilah yang barangkali dirasakan oleh salah seorang teman saya, yang sehari-hari bekerja disana sebagai pelayan ummat sebagai mana visi misi pribadinya. dia bukan ingin mengatakan orang lain munafik, bukan juga ingin membela organisasi tersebut yang sering diplesetkan menjadi apasaja, mulai Badan Reuloh Reuloh sampai Bek Rioh Rioh. tetapi, dari gaya bahasanya bolehlah saya menterjemahkan kalau dalam melihat sesuatu haruslah secara fair dan proporsional. tidak boleh gegabah apalagi menghukum si A dengan label koruptor dan si B dengan sematan telah hilang "aumannya" karena duit.
"duit BRR Haram! jangan sempat jadi pegawai BRR, tapi melalui proposal sih WAJIB, dan HARUS KASIH !!!!! Titik" ungkapnya suatu hari. refleks saya tertawa mendengar pernyataan itu, tapi diam-diam saya mencerna, apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah, kalau ditanya hari ini siapa yang tidak berhubungan dengan BRR, atau paling tidak siapa yang tidak kecipatran dana dari BRR, rasanya sulit untuk diidentifikasi, kecuali janda-janda dan masyarakat miskin yang tidak pandai membuat proposal yang tinggal dipelosok-pelosok kampung sana.
direkrut BRR amit-amit !!!!!!!!!!. tapi menjadi tenaga ahli di badan/LSM yang digaji dengan anggaran BRR itu sah !!! siapa yg bilang tidak, TITIK !!!!!!!!!!!
lagi-lagi ia sangat kesal sepertinya, bukan kesal apa-apa, ia hanya ingin mengungkapkan uneg-uneg dihatinya. karena menurutnya, banyak sekali orang yang tidak terlibat secara langsung dengan BRR tetapi makan gaji dari uang BRR. bukankah ini sama saja? tapi, tentu saja tidak sebanding dengan gaji yang dikeluarkan oleh BRR terhadap staff ahli mereka yang sampai ratusan juga, uniknya lagi sudah tidak bekerja di BRR tetapi uang ratusan juga itu masih saja dianggarkan. saya sendiri juga pernah melihat daftar gaji mereka, yang beberapa waktu lalu dipublish oleh sebuah tabloid lokal. menakjubkan!!! tapi anehnya, keheranan masyarakat justru dianggap kesirikan karena tidak mampu meraih kursi di badan organisasi terbesar itu.
di akhir pembicaraannya itu, teman saya mengatakan kalau ia sangat sedih sekali, hatinya remuk redam katanya, bukan marah, tapi karena sedih. di seminar-seminar BRR dihujat, diemail, dimilis, hampir tidak pernah ada yang mengatakan sesuatu yang enak didengar, tapi ribuan proposal masuk ke BRR dan mendesak agar BRR menggolkan program yang mereka tawarkan. lagu apa ini?
tapi yang anehnya, mengapa rakyat bisa sangat anti sekali dengan lembaga itu? wajarlah karena ada kearogansi-an disana. bahkan loper koran pun dibentak didepan orang ramai, lalu seperti apa lagi mereka menghargai rakyat, yang -katanya- sedang mereka perjuangkan.
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)