Bacalah tanpa harus menerima begitu saja.
Berfikirlah tanpa harus bersikap sombong.
Yakinlah tanpa harus bersikap fanatik.
Dan, jika anda memiliki pendapat,
kuasai dunia dengan kata-kata.
Cintaku jauh disana
Gadis manis, sekarang lagi sendiri
Kini hari berlalu perlahan tanpamu disisi
Rambutnya yang panjang, yang pernah kubelai
Matanya yang indah, menusuk sepi
Kini wajah manisnya membelit rinduku
Rindu itu bagaikan bayangan
Wajah – wajah, tiba – tiba menyapa dalam diam
Lalu akupun menjadi semakin rindu
dihati kutulis kerinduanku
tentang kesetiaan dan ketulusan
tentang kesabaran dan pengharapan
milik cinta yang lembut dan setia
tak usah pendamkan rasa
dalam mencari saat bahagia
kalau sampai waktuku nanti
aku pasti kembali
untuk mempertanyakan lagi cintamu
bukan untukmu, bukan untuk siapa - siapa
tapi untuk diriku sendiri
karena aku sayang kamu
-----------------------
apapun yang ditulis oleh cinta,
semoga ia menuliskannya dengan cinta,
seperti aku yang menerimanya dengan cinta,
thx Z
Banyak hal yang bisa membuat manusia terus bergerak atau berhenti pada satu fase tertentu dalam hidup mereka. Namun semua itu tidak terlepas dari sesuatu yang bernama alasan. Alasan merupakan suatu hal yang paling sering digunakan oleh manusia untuk menyelamatkan dirinya dari satu kondisi tertentu.
Ada alasan yang logis namun tak sedikit alasan yang terkesan dibuat-buat tanpa memikirkan apa dampak yang ditimbulkan dari alasan mengada-ngada tersebut. sekilas memang terlihat biasa-biasa saja, tetapi menjadi menggelikan ketika yang membuat alasan tersebut adalah orang yang ‘berpendidikan’. Berpendidikan dalam artian jenjang pendidikan yang ditempuh rata-rata mencapai perguruan tinggi, namun sedikit yang mengalami kematangan berfikir sehingga sikap dan perbuatan mereka tidak mencerminkan kedewasaan.
Kadang-kadang apabila tidak jeli, seringkali kita tertipu dengan pola orang-orang semacam ini. Mereka menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi terhadap suatu hal namun beberapa saat kemudian mereka bisa saja membuat keputusan lain yang sangat bertolak belakang.
Ironisnya, dalam kondisi apapun, dari setiap alasan yang dibuat selalu saja ada pihak yang menjadi korban, apakah secara langsung maupun tidak, benda hidup maupun benda mati. Bagi yang sudah menikah, pasangan kerap kali menjadi alasan utama, padahal kadang-kadang pasangannya tersebut sama sekali tidak tahu menahu dengan hal yang sedang dilakoni oleh pasangan mereka. Sehingga secara tidak langsung, yang akan menerima dampak buruk yang dibuat oleh suami/istri mereka adalah pasangannya, bukan yang memberikan alasan tersebut.
Bagi yang masih sendiri, orang tua kerap menjadi alasan utama dalam mengambil keputusan apapun. Bahkan dalam konteks tertentu, yang memiliki pacar kerap menjadikan pacarnya sebagai alasan.
Alasan, dalam kondisi tertentu memang kita membutuhkannya. Namun, sebagai manusia dewasa yang cerdas, hendaknya dapat menelaah mana yang baik dan tidak, mana yang berguna dan tidak untuk dilakukan, sehingga sebelum alasan dibuat benar-benar sudah dianalisa dengan analogi yang benar setiap tindakan yang sedang dilakukan.
Namun, dalam praktiknya banyak orang yang belum mengerti apa hak dan kewajibannya, apakah sebagai anak, sebagai istri, suami, teman atau bahkan pacar. Sehingga kerap kali mereka tidak dapat membuat keputusan yang bijak untuk diri mereka sendiri.
Bagi orang-orang reaktif, membesar-besarkan alasan memang memiliki kesenangan tersendiri bagi mereka. Ketika dengan sadar mereka telah membuat lingkungan sekitarnya menjadi labirin, dan dengan sadar pula mereka masuk ke dalamnya. Lalu secara sadar pula mereka akan menyalahkan, bahwa lingkungan telah menjebaknya dalam labirin yang sukar diurai.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang sudah merasa nyaman dengan kehidupannya. Nyaman dengan apa yang mereka punyai. Namun, konteks nyaman ini sendiri sangatlah kompleks, tergantung dari sisi apa kita melihatnya. Namun yang pasti, nyaman berbeda dengan aman. Dalam satu kondisi tertentu kita kerap merasa nyaman, namun belum tentu merasa aman. Bukan saja aman dalam hal non material tetapi juga dalam hal material.
Orang-orang reaktif ini adalah kebalikan dari orang-orang pro aktif yang suka menjadikan rintangan menjadi tantangan. Mereka dapat melihat sesuatu yang berbeda dari setiap kejadian yang tidak dapat dilihat oleh orang kebanyakan. Dan mereka biasanya senang melakukan hal-hal di luar kebiasaan. Kenyataannya, dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan, orang-orang pro aktif ini akan menerima banyak komentar dari masyarakat di sekelilingnya. Terlepas apakah itu positif maupun negatif. Tetapi, kalaupun yang mereka terima adalah komentar negatif, orang-orang proaktif akan mampu mengolahnya menjadi energi positif yang akan membuat mereka terus menjadi petualang hingga akhirnya apa yang mereka inginkan benar-benar tercapai.
Beberapa orang teman mengatakan kalau saya terlalu ambisius, yah...mungkin saja, untuk beberapa hal yang menyangkut dengan masa depan dan apa yang saya inginkan memang saya sangat ambisius. Dan untuk memperoleh itu semua saya berusaha menjadi pribadi yang se-fleksibel dan se-teachable mungkin. Belajar bagaimana untuk dapat menerima dan mengaplikasikan informasi positif dari siapapun tanpa pernah melihat apa latar belakang si pemberi informasi tersebut.
Dalam beberapa waktu terakhir saya dan beberapa orang teman dapat membentuk sebuah komunitas yang sangat positif dan hal ini sangat membantu perkembangan diri saya yang memang sangat tergila-gila dengan mobilitas. Berjam-jam masa dihabiskan untuk membicarakan hal-hal yang unik dan menarik adalah hal yang paling menyenangkan bagi saya pribadi. Bahkan kadang-kadang hingga menjelang malam hari, tetapi tentu saja tetap memperhatikan aturan yang berlaku dan yang saya tetapkan sendiri.
Lebih lengkap lagi ketika setiap hari ada jadwal khusus untuk bertemu dengan setiap orang yang memiliki aktivitas dan latar belakang yang berbeda dengan saya. Proses ini sering saya sebut sebagai proses pengayaan diri. Bayangkan, bila saya tidak ambisius, saya tentu tidak akan mengenal seseorang yang selama ini namanya selalu saya lihat di sebuah koran terkemuka. Ketika hal itu terjadi benar-benar ada kepuasan yang tidak dapat diceritakan dengan kata-kata biasa.
Namun, kadang-kadang kekesalan dan kemarahan kerap menghinggapi diri yang memang berwatak koleris ini. Tapi beruntungnya sifat melo mampu menetralisir kemarahan yang meledak-ledak. Seperti malam ini, pulang menjelang pukul sebelas malam, mendapati rumah kosong tanpa penghuni. Ini memang bukan masalah karena saya terbiasa seorang diri. Tetapi ketiadaan air di rumah inilah yang membuat saya kerap naik darah bila berada di rumah. Tapi untungnya kamar kecil ini cukup bisa memberikan kekuatan untuk menyedot perasaan tak nyaman tersebut.
Saya juga bersyukur mempunyai banyak hal yang bisa meredam emosi saya, kadang-kadang bila sedang sangat kesal saya putar lagu diamond saya yang berjudul de’sire yang dipopulerkan oleh Life dan freedom. Ke dua lagu tersebut benar-benar bisa membuat saya lega dan kemarahan saya mencair, dan semua hambatan-hambatan kecil melebur. Kalau ini terjadi saya ingin malam segera berakhir dan matahari segera benderang, tak sabar rasanya untuk segera beraktivitas dan bertemu teman-teman.
Sehabis mendengar lagu biasanya saya suka memutar cd-cd yang menceritakan tentang bagaimana ketangguhan mental ataupun tentang pembentukan karakter menjadi pemimpin berkualitas. Ini sungguh menyenangkan, mendengarkan cd sambil menulis atau sambil membaca buku, atau bisa juga sambil me-review pekerjaan, tapi diantara semua itu yang paling menyenangkan adalah mendengarkan cd sambil menelepon. Karena biasanya akan terjadi diskusi-diskusi kecil mengenai topik yang dibicarakan dengan teman tersebut. Satu lagi, saya orang yang senang terlibat diskusi.
Pribadi yang koleris kadang-kadang membuat saya tidak dapat mentolerir sesuatu, bila mengingat ini memang lucu karena sering kali orang-orang yang plegmatis menjadi korban bila saya sedang kesal.