Apa yang tersisa dari hujan sore ini? Adalah bau aroma tubuhmu yang meresap hingga ke syaraf jiwa, seperti butir-butir air yang menggantung di pucuk daun, seperti itulah rindu menggantung di pucuk hatiku, untuk kemudian jatuh ke altar hatimu.
dan hujan, berhenti sesaat setelah aku menerima kabar kedatanganmu, lalu aku bergegas berlomba dengan rintik hujan yang tersisa, seperti mempersilahkan, hujan benar-benar berhenti ketika aku selesai berkemas. Kusempatkan untuk bermain mata pada gerombolan awan yang membiru, sebagai rasa terimakasih telah mendekap hujan sebentar untukku.
jalanan yang masih basah, dan pucuk-pucuk pohon yang masih lembab, mengirimkan sejuk untuk menenangkan hati yang berdegub, ah, meski bertahun-tahun telah terlewati, cinta untukmu selalu saja kirimkan gelora yang aneh setiap kali menjelang pertemuan.
hingga ketika akhirnya aku benar-benar sampai, melewati lorong-lorong rindu dengan hingar bingar degub jantung seperti lelah ketika satu persatu anak tangga terlewati. Seperti angka-angka yang silih berganti, rasanya aku ingin segera masuk ke matamu, untuk kemudian tenggelam di dalamnya.
Ah, Tuhan selalu tahu kapan aku memerlukanmu, lalu Ia menghadirkanmu dengan cara istimewa, di penghujung senja, ketika bulan akan menemui kekasihnya para bintang, pada saat itu pula aku menemui kekasihku dengan caraku sendiri, dengan cara serumit kalkulus namun senikmat pelajaran mengarang.
Ketergesaan denganmu, adalah akumuluasi takdir, seperti buih-buih yang ingin melepaskan diri dari riak gelombang lelautan, tetapi sampai kapan? tak pernah ada jawaban, seperti aku dan engkau.
20 Apr 2011
09.41 pm
salam kenal aja ya....
BalasHapussemoga bermanfaat.
salam kenal kembali :-)
Hapus