Apa yang kuingat dari purnama kali ini? Adalah aku yang telah kehilangan cintaku, Tuhan, maafkan aku, telah berani jatuh cinta pada makhlukmu yang satu ini; pemilik suara berat yang menyisakan rindu pada setiap telinga yang pernah mendengarnya.
Benar, aku tidak mengenalinya sebagaimana mestinya, dan aku tidak pernah berusaha untuk menghadirkan dia sebagai sosok tertentu, dan menjadi apapun dalam benakku. Dia, adalah dia yang tumbuh dengan sendirinya, sangat apa adanya.
Benar, aku hanya tahu bahwa dia memiliki suara yang indah, suara yang berkarakter, dan aku suka, tapi Tuhan, sungguh, bukan karena suara itu aku jatuh cinta padanya. Adalah kenaifan bila cinta hanya dikaitkan pada suara indah yang merdu, kelak ketika tiba-tiba ia menjadi parau dan suaranya menjadi kacau apakah cinta hanya sebatas itu? Kurasa tidak Tuhan.
Tuhan, aku tidak punya alasan apapun tentang cinta yang satu ini, tapi aku sempat berfikir bahwa ini adalah sebenar-benarnya cinta, apa yang aku sebut sebagai sebuah kelayakan, tapi setiap orang punya definisi berbeda tentang kosa kata yang satu ini.
Tuhan, tolong bantu aku untuk tak mengatupkan sembarang penglihatanku, karena memejamkan mata adalah memunculkan kenangan tentang dia, benar Tuhan, ketika semua pergi, ketika semua hilang, ketika semuanya berubah menjadi sepi yang panjang, yang tersisa dan mampu menjadi setia hanyalah kenangan itu sendiri.
Tuhan, aku tak mampu berkata apapun tentang perasaanku hari ini, semoga tidur semalam telah mengenyahkan seluruh emosi yang ada dalam diri, perasaan marah, senang, bahagia, sakit, rindu, atau apapun namanya. Aku ingin kembali menjadi arca, yang sepi dari perasaan, yang sepi dari ingat mengingat, yang sepi dari kecamuk rindu dan hiruk pikuk.
Tuhan, mestinya kesedihan tak perlu sepaket dengan air mata bukan? Tapi Tuhan, aku pernah tiga kali menangisi dia, pertama ketika aku meminta agar ia menciumku di malam terakhirnya, ke dua ketika dia tak ada dan aku dibelit rindu yang parah, dan terakhir kali ini, dia yang pergi tiba-tiba tanpa aku sempat meminta sesuatu yang bisa ia katakan agar aku bisa mengingatnya sepanjang ingatanku belum melepuh, dan meminta ia mencium kudukku.
Dan Tuhan, terimakasih karena Kau telah memberiku feeling yang kuat, bahkan semalam sebelum ia datang dengan puisi terakhirnya, aku telah menyelesaikan semuanya, menyudahi dengan caraku, aku menghapus nomor teleponnya, karena kutahu hanya itu satu-satunya penghubung di antara kami.
Seperti yang kukatakan pada malam sebelumnya, bahwa kita tak pernah tahu pada apa yang akan terjadi besok, dan aku cukup lega karena pada malam sebelumnya dia sudah mengetahui bahwa aku mencintainya, dan ketika malam ini ia pergi, aku tak lagi panik. Tuhan, bagiku cinta itu begitu sederhana, sesederhana kuku yang terus tumbuh di jemariku, melewati sekat-sekat waktu dan tak tunduk pada kepatuhan kehendak.
Bagiku, cinta adalah sesuatu yang bisa meninggikan imajinasi dan aku hidup dengannya, sembuh dengan itu, dan ia telah melakukan itu untukku.
18-may 2011
03.08 am
*Keping Kenangan