kau mengeluh, sambil mengulum senyum dan kedipan mata yang sedikit nakal, aku hanya bisa menyentuh wajahmu, sesempat yang mampu kulakukan, dan mengeringkan sisa-sisa air di rambutmu dengan jari-jariku. kau bahkan belum sempat menyiapkan teh untuk kita, belum sempat menceritakan tentang ke-tak sengajaan kebersamaan kita sore tadi, dan aku tak punya kesempatan untuk menyelami bulir matamu.
kita hanya bisa termangu untuk sesaat, mentertawakan ketergesaan ini. "Aku akan pergi sebentar, tunggulah di sini." katamu usai berkemas-kemas, kau telah wangi, dan wangi itu telah menempel di tubuhku. "Istirahatlah dulu, di sini." katamu lagi. Aku melongok ke luar jendela, dari balik horden berwarna coklat aku mendapati beberapa ruas jalan kota ini begitu lengang. selengang kita yang terdramatisir oleh keadaan.
"Sampai kapan?" tanyaku tak yakin, menghabiskan waktu bersamamu telah kulakukan cukup lama, aku menjadi sangat mengerti tentang segala aktivitasmu, untuk malam ini aku tak menaruh harapan apa-apa pada perjumpaan singkat ini. aku tak akan merajuki kepergianmu, karena aku sudah cukup berterimakasih, disela sibukmu kau masih mengingatku. dan kita masih sempat menyelingkuhi waktu.
"Sampai pukul sepuluh." katamu
aku mengangguk, "aku akan menunggu sampai pukul sepuluh, kalau kau masih belum datang, aku akan pergi." kataku menyusuri langkahmu. kau mengiyakan, lalu bergegas menuju ke pintu ke luar. tapi, kemudian kau berhenti sejenak, berdiri di hadapanku, dan kau menyudahi pertemuan dengan sangat santun, seperti biasa. setelah menyodorkan sesuatu selain tanganmu untuk kucium dengan takzim, begitu juga sebaliknya.
sungguh, ini adalah ke-sebentar-an yang begitu nikmat, aku pergi setelah waktu terlewati karena mereka akan menyekapmu di sana dengan sangat lama, dan setelah itu, rindu kita tuntaskan melalui short message service. (Z)
-mengenang kisah-
14 Mei 2011 jam 11:12
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)