Bahkan hingga sekarang aku seperti masih mendengar petikan gitarnya, resonansinya
melewati palung-palung jiwaku, membelah naluri keperempuananku, dan menggetarkan ingatanku,
untuk tak berhenti pada satu lagu. Sepertinya aku masih mendengar ia dengan lagu ‘diamond ring’-
nya dan ‘ I will be there for you’ nya Bon Jovi.
Suara itu, seperti lembut yang merayapi sepi, seperti hangat yang dihinggapi cahaya, seperti
dingin yang dilelehi air, seperti pesona yang terbuai oleh semesta, suara itu melahirkan permintaan;
agar kau terus membuatku me-mabuki-mu, karena me-mabuki-mu adalah lena paling nikmat yang
tak ingin kusudahi.
Ketika kutanya, apakah ia sengaja dengan semua ini, ia tak menjawab, tetapi ia menyuruhku
bertanya pada diriku sendiri. “Tanyalah pada hatimu,” begitu katanya di antara serak-serak suaranya
yang berat.
“Rihoen, mau request lagu apa?” tanyanya kembali di sela-sela perbincangan, obrolan ini
nyaris seperti musikalisasi puisi, aku bercerita dan kau memainkan senar gitar, dan petikan gitarmu
adalah yang terindah yang pernah kudengar, bahkan tetangga depan rumahku saja yang katanya
begitu lihai memainkan gitar tetap tak sepertimu. “Ayo, mau dinyanyikan lagu apa lagi? Kita Cuma
punya kesempatan kali ini, karena besok gitar ini harus dikembalikan kepemiliknya.”
Ah…kau, gitar itu sungguh beruntung karena pernah dipinjam oleh orang sepertimu, dan
aku adalah perempuan beruntung karena punya kesempatan untuk mendengarkan lagu-lagu dari
seorang ‘pengamen hati’ sepertimu.
“Aku punya keinginan agar seumur hidupku dapat memainkan gitar, dan menyanyikan lagu-
lagu sederhana untuk seseorang, dan saya bisa menemaninya menuliskan note-note kecil yang
hanya dituliskannya untukku.”
“Dan aku ingin menjadi perempuan itu…”
11:41 am
22-may 2011
Seorang Lelaki dan Gitarnya (part 1)
http://ihansunrise.blogspot.com/2011/05/seorang-lelaki-dan-gitarnya.html
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)