“Mengapa?”
Pertanyaan yang tidak pernah menemukan jawabannya, bukan karena kita tidak mengetahui jawabannya tetapi karena memang kita tidak ingin menjawabnya. Tidak semua yang kita lihat mesti memiliki nama yang pantas, tidak semua yang kita dengar mesti memiliki muasalnya, dan tidak semua yang kita rasa mesti punya alasan.
Rasa yang terbentang bagai secawan anggur yang membuat kita tak sabar untuk segera mencicipinya. Leguh napas yang tertahan adalah ekspresi dahaga maha dahsyat yang membuat kita hanya mampu bergumul lewat pandangan mata. Tak peduli di tengah keramaian, nyatanya kita mampu mencapai klimaks di antara pengap dan panas karena luapan emosi.
Kita tidak pernah tahu, mengapa tiba-tiba kata-kata tercekat di pangkal lidah, tetapi bahasa mata menemui kosa kata yang teramat lebih. Kita berbicara dalam diam, dan senyuman yang paling manis, melebihi madu dari lebah liar di belantara.
Kita belajar tentang bagaimana gerak mengatur liuknya, di jemari yang saling berpagut, di naik turunnya napas yang tak leluasa. Di bibir yang menyungging penuh arti, di mata yang bergerak nakal menelanjangi pikiran.
Sudahlah, dalam waktu sesingkat-singkatnya kita telah banyak belajar bagaimana mengeksplorasi rindu, memang, tidak ada yang mengatakan, tetapi semuanya telah dimulai, dan kita tidak ingin segera menyelesaikan.
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)