Juni masih sangat belia. Tetapi ia mampu mengajarkan kita makna cinta yang sesungguhnya. Untuk menghormati perbedaan, menghargai rasa. Juni mengajarkan kita untuk lebih egaliter. Lukisan itu, hampir sempurna bentuknya, semua berawal dari Juni.
Malam ini, aku kembali mendapati sebagian tubuhku berlumur wangi tubuhmu yang menggoda. Melekat bagai atsiri dan membuat berdesir ketika angin berhembus. Memacu detak hingga jantung terengah-engah. Ah, Cinta. Rahasia ini memang nikmat, tapi kerap membuat lelah.
Aku hampir sempurna melukis rupa wajahmu, tapi di sisi yang lain harus ada yang tak pernah selesai. Sebab kita tak inginkan semuanya menjadi entah. Aku Cinta, aku yang selalu mengerang gelisah. Bagai bulan yang samar oleh pucuk daun. Maka kadang aku menepi untuk berdamai dengan takdir.[]
Juni yang misterius, :)
BalasHapus