Hei Honey, tiba-tiba saja usai berbicara denganmu petang tadi aku teringat hari ini tanggal 25 Juni. Ah, ternyata sudah lama ya kita tidak bertemu, hari ini genap sembilan bulan, tepatnya sudah 272 hari. Ah... pantas saja Honey, seperti ada yang menggebu-gebu dan membuncah di benakku, rindu itu kian hebat kadang-kadang seperti tak sanggup kutahan lagi, untunglah rindu-rindu itu masih bisa kukirim entah sebagai puisi atau kalimat-kalimat lugas sedikit bercampur marah hehehe.
Kau ingat Honey? Kita terakhir bertemu 25 September tahun lalu, ya, sehari sebelum hari jadimu. Aku masih ingat waktu itu sempat membisikkan kalimat selamat ulang tahun di telingamu. Dan itu menurutku prosesi yang luar biasa indah, karena menjadi kenangan yang mungkin butuh waktu lama untukku bisa melupakannya.
Ahm... rindu padamu selalu saja membuatku canggung pada diriku sendiri. Karen rindu begitu pintarnya menghadirkan engkau di ruang batinku. Melewati kisi-kisi waktu yang telah bertahun-tahun lamanya, persis seperti bunga beku yang tak berubah meski tak lagi berada di tangkainya. Dan rasanya gugup ini tak pernah berubah sekalipun.
Ah Honey, aku cuma mau bilang I love You...
Kau ingat Honey? Kita terakhir bertemu 25 September tahun lalu, ya, sehari sebelum hari jadimu. Aku masih ingat waktu itu sempat membisikkan kalimat selamat ulang tahun di telingamu. Dan itu menurutku prosesi yang luar biasa indah, karena menjadi kenangan yang mungkin butuh waktu lama untukku bisa melupakannya.
Ahm... rindu padamu selalu saja membuatku canggung pada diriku sendiri. Karen rindu begitu pintarnya menghadirkan engkau di ruang batinku. Melewati kisi-kisi waktu yang telah bertahun-tahun lamanya, persis seperti bunga beku yang tak berubah meski tak lagi berada di tangkainya. Dan rasanya gugup ini tak pernah berubah sekalipun.
Ah Honey, aku cuma mau bilang I love You...