@peterdraw.wordpress.com |
Aku sungguh rindu menatap biji matamu yang tak sempurna hitam. Senyummu yang terkulum penuh goda. Juga sepasang tanganmu yang mengepak sempurna kala merengkuhku. Dalam ingatanku semua itu lebih indah dari kepakan camar yang terbang melintasi awan.
Bertengkar. Ya, aku juga rindu dengan pertengkaran kita tentang asal muasal rasa. Tak berawal tak berujung. Entah siapa yang memulai, namun tak satu pun yang berniat mengakhiri. Ah, kau lihat senja bukan? Matahari tenggelam bukan karena ia ingin berpisah dengan bumi. Tapi dengan itu ia membuat bumi menjadi lebih berarti. Memberi kesempatan bagi bulan untuk menunjukkan cahayanya, juga bagi bintang gemintang yang berkilau bagai kunang-kunang di dahan pohon.
Hm... siapa matahari siapa bumi? Kita berotasi Sayang. Saling menyuplai energi, saling membagi cerita. Adakalanya engkaulah si matahari itu, yang memberi hangat ke seluruh panca inderaku. Memberi kesempatan untuk bumi menyemai benih kehidupannya sendiri.
Di lain waktu kau bersedia menjadi bumi. Berada di posisi terendah hanya untuk menyaksikan bahwa aku selalu ada untukmu. Dalam diam. Tanpa riuh kata-kata. Kita mencoba saling memahami.
Rindu. Aku ingin bercerita tentang rindu. Pada mulanya bagai debu-debu batu kapur. Tapi debu-debu itulah yang mampu memancang tiang-tiang besi. Rindu itu terjalin Sayang. Pada akhirnya berujung pada kesetiaan.[]
yang masih aku penasaran smpe sekrng, segala tulisan tntg rasa Ihan ditujukan ke siapa??
BalasHapussiapakah lelaki itu Ihan??
Mungkin ferhatt??? =))
Hapusjangan penasaran Hat, penulis bisa 'mewujudkan' apa saja dalam bentuk tulisan heheheh
HapusBunuh rindu dengan ketemuan :D
BalasHapuseueee.... pengalaman kali kayaknya yaaaa :-D
Hapussama kayak komen bang ferhat, liza selalu penasaran dengan tulisan dan status fb kak ihan yang selalu melambai2 dan bersemi indah. siapakah lelaki beruntung itu?
BalasHapuseng ong eng ong.......
Hapus