ilustrasi |
Aku sering mengaduh. Tapi itu hanya di hadapanmu saja. Waktu itu kau pernah bilang, bahwa kadang-kadang setelah seseorang tiada justru kita makin merasakan kedekatan yang luar biasa dengan orang itu. Kau benar. Karena setelah kehilangan itu aku makin sering bertemu dengannya di mimpi-mimpiku. Aku makin sering mengingatnya. Dan pada setiap kesedihan yang menimpaku, tidak ada seorang pun yang pertama kuingat selain dia. Dia adalah ayahku!
Dan sekarang kau pergi. Aku tahu menangis bukanlah cara terbaik untuk menyembuhkan luka. Memang, kita tak bisa berharap banyak pada senyum yang melengkung di bibir. Tapi senyuman adalah oase yang selalu memberi harap bukan? Juga untuk luka ini, aku berharap akan kering seiring berjalannya waktu. Bukankah kau juga pernah menyembuhkan luka dengan cara seperti itu?
Dalam satu fase kehidupan, seseorang akan selalu mengalami yang namanya kehilangan. Meninggalkan atau ditinggalkan sama saja. Sama-sama meninggalkan kenangan. Setelah kau pergi, kepada siapa aku mengaduh? Kau pernah bilang, bahwa kita punya Tuhan yang melampaui segalanya. Maka kepada Tuhan saja kita serahkan semua rasa ini bukan?
Ah, dan kau tahu, tidak setiap yang pergi meninggalkan pusara. Karena itu kita tak perlu bercerita tentang cerita yang tak pernah usai ini. Bagiku, pusara paling sakral adalah semua catatan tentang engkau.[]
Hahaha, dari judulnya sedap kalilah!
BalasHapusKyk zaman entah kapan gt ya :)
hahahhah bukan zaman siti nurbaya kan?
Hapussetuju dgn pendapat ini "kadang-kadang setelah seseorang tiada justru kita makin merasakan kedekatan yang luar biasa dengan orang itu" baru terasa klo sudah kehilangan
BalasHapus:-) kalau kak Lisa sudah setuju sudah sahlah semuanya heheee
Hapus