ilustrasi |
Sering aku bertanya, apa yang diberikan September kepadaku? Nyatanya, ia selalu membawaku pada jalan pulang; ke hatimu!
Jika rasa ibarat belantara hutan hujan yang lembab dan basah, dan selalu menyesatkan. Maka September ibarat lentera yang berada di pucuk arah mata angin. Saat aku menoleh, ke sanalah pandanganku tertuju.
Bagai susunan tata surya yang begitu kompleks, September bagai purnama yang tak pernah alpa hadir. Cahaya terangnyalah yang membuatku paham, bahagiaku hanya ada di manik matamu. Di kilau retina matamu aku belajar untuk mendapatkan kebahagiaan dengan cara amat sederhana.
Bukankah bahagia tidak memerlukan syarat? Mencintaimu juga tidak memerlukan syarat, sebab kita tidak pernah menjanjikan upeti atau sesaji apa pun.
September selalu mengembalikan kita pada rindu yang bertumpuk-tumpuk. Di ujung senja, kita bercerita tentang hangatnya mesra yang tak pernah padam. Lentera kecil yang kita ciptakan bertahun-tahun silam, kau masih ingat warna cahayanya?
Merah, Sayang! Sebab merah adalah cinta.[]