ilustrasi |
Senja baru saja jatuh dan waktu menelannya perlahan. Di muka jendela, aku duduk sambil menatap julurnya yang perlahan menghilang. Lautan di seberang pucuk cemara telah mengulumnya.
Tiba-tiba saja aku terjebak pada perasaan melankolia yang entah. Ingatanku melayang jauh, padamu tentu saja. Kita pernah menghabiskan senja bersama bukan? Walau tanpa diiringi bilur-bilur merah jingga yang membusungkan dada jelang waktu memeluknya.
Sedang apa kau Cinta?
Pasti di sana matahari masih begitu sombongnya memancarkan cahayanya yang tanpa ampun. Atau angin sedang bertiup pecicilan dan menerbangkan debu-debu yang kering. Membentuk badai gurun dan membuat wajahmu memerah atau matamu perih.
Aku masih ingin sendiri. Membiarkan badai di hatiku mereda dengan sendirinya.[]