BIBIT-bibit pohon manggis itu disemai di polybag. Jumlahnya ratusan batang dengan rentang usia enam sampai delapan bulan. Tinggi batang pohonnya berkisar antara dua puluh sampai tiga puluh sentimeter. Di tempat usaha pembibitan CV Prima Flora itu bibit pohon manggis siap dijual bersama ratusan jenis bibit tanaman lainnya.
Salah seorang pekerja, Rizki Satria, mengatakan peminat pohon manggis di Aceh mulai tinggi, tetapi pada umumnya ditanam dengan pola tumpang sari bersama tanaman lainnya.
Selain itu kata Rizki, pertumbuhan manggis sangat lamban. Saya memperhatikan ‘bayi’ manggis asuhan Rizki, meski usianya ada yang hampir setahun, ketinggiannya belum mencapai setengah meter. Tiap batang mempunyai daun tidak lebih dari sepuluh helai.
Buah tropik itu katanya memerlukan waktu minimal enam tahun untuk berbuah. Literatur lain menyebutkan sekitar 10-15 tahun. Di tempat itu budidaya manggis dilakukan secara generatif.
“Manggis susah dicangkok karena memiliki getah seperti nangka. Bibit-bibit manggis di sini kami peroleh dari para petani manggis di Aceh. Ada juga yang kami pasok dari Medan,” ujarnya, saat saya datang ke lokasi pembibitan di Gampông Santan, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar pertengahan Januari lalu. Namun bibit yang dipasok dari provinsi tetangga itu umumnya sudah berupa pohon.
Di tempat ini bibit-bibit tanaman yang sudah siap jual ditata di area depan. Tujuannya untuk memudahkan calon pembeli yang datang untuk melihat-lihat. Tanaman yang sudah terlampau tinggi dipindahkan ke belakang agar tidak terlalu semak dan mengganggu pemandangan. Bibit-bibit manggis itu sendiri berada di lokasi belakang. Untuk sampai ke sana kami menyusuri lorong-lorong kecil yang menjadi pemisah antarbedeng tanaman.
Sembari berjalan, Rizki menunjukkan aneka bibit tanaman lainnya yang sudah siap jual, di antaranya saya melihat ada pala, cengkeh, alpokat, saôh, dan jabon. Beberapa lainnya terlihat asing di mata saya. “Ada ratusan jenis bibit tanaman yang tersedia di sini,” kata Rizki. Bibit-bibit itu dipayungi tanaman pelindung yang ditanam menyebar.
Berada di lokasi pembibitan itu sangat menyenangkan. Tempatnya bersih dan teduh. Apalagi hari itu sedang mendung, udara jadi terasa lebih sejuk.
THE Queen of Fruits. Itulah julukan yang ditabalkan untuk buah manggis. Tanaman ini termasuk jenis pohon hijau abadi yang menjadi ciri khas daerah hutan tropis.
Manggis diyakini berasal dari nusantara (Kalimantan). Sebuah artikel yang dipublikasikan Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa Litbang Departemen Pertanian, menyebutkan bahwa manggis, khususnya manggis ganal (besar), ditemukan dari hasil eksplorasi di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Manggis ganal merupakan manggis berukuran besar yang diameter buahnya mencapai 10,0-15,0 cm.
Asal-usulnya belum diketahui pasti, apakah tanaman asli wilayah ini atau introduksi dari luar. Ada pula yang beranggapan bahwa manggis ini merupakan tanaman Sultan Bulungan. Kesultanan Bulungan berdiri pada 1731 silam dan pernah menguasai wilayah pesisir di beberapa kabupaten di Kalimantan. Dari sini kemudian menyebar ke daerah Asia Tenggara lainnya, seperti Papua Nugini, Mindanau (Filipina), Semenanjung Malaysia terus ke Thailand, Myanmar, Vietnam, dan Kamboja.
Dalam dua puluh dekade terakhir manggis telah menyebar ke negara tropis lainnya seperti India bagian selatan, Brasil, Amerika Tengah, dan Australia Utara. Manggis pertama kali ditemukan oleh penjelajah Prancis bernama Laurent Garcin pada 1683-1751 lalu. Nama penemu itulah yang kemudian dipakai sebagai nama latin buah manggis, Garcinia Mangostana. Konon kabarnya, tahun 1800-an Ratu Victoria dari Inggris pernah menawarkan hadiah uang yang sangat banyak kepada barang siapa yang dapat membawakan buah manggis untuknya.
Nama yang melekat pada si Ratu Buah ini sangat beragam. Manggis adalah nama yang dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia. Di negara tetangga, selain manggis orang-orang Malaysia ada yang menyebutnya setor, mesetor, atau sementah. Di Filipina dikenal dengan nama mangustan dan manggis, orang Kamboja menyebutnya mongkhul, dalam bahasa Laos disebut mangkhud.
Di Negeri Gajah Putih ‘Thailand’ manggis dikenal dengan sebutan buah dodol atau mangkhut, di Vietnam dikenal dengan cay mang cut, dan mangustai di Tamil. Sementara di Prancis terkenal dengan nama mangotanaier, mangouste, atau mangostier. Di Spanyol disebut mangostan, mangostane di Jerman, dan mangoestan di Belanda. Di Portugis orang-orang memanggilnya mangosta atau mangusta. Sedangkan di Aceh manggis dikenal dengan sebutan manggéh. Ada pula yang menyebutnya manggéng.
Manggis tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Temperatur udara yang ideal berada di kisaran 22-32 derajat celsius. Meski angin berperan besar dalam penyerbukan bunga untuk tumbuhnya buah, angin yang terlalu kencang tidaklah baik, terutama oleh terpaan angin laut. Pohon manggis bisa tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian di bawah seribu meter di atas permukaan laut. Kondisi terbaik untuk pertumbuhannya pada daerah di ketinggian di bawah 500-600 mdpl.
MENTERI Pertanian RI melalui keputusan yang diterbitkan pada 2006 lalu memasukkan manggis sebagai salah satu komoditas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura.
Diperkirakan ada sekitar seratus jenis tanaman manggis yang tumbuh di Indonesia dari sekitar 400 jenis yang dijumpai di dunia. Di Indonesia manggis tersebar hampir di seluruh wilayah, tetapi sentra produksinya terpusat di beberapa daerah di Pulau Jawa dan Sumatera. Diperkirakan ada sekitar 25 kabupaten di Indonesia sebagai penghasil dan penyumbang buah manggis untuk komoditas ekspor dan pemenuhan dalam negeri. Belum termasuk beberapa daerah lainnya di Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat.
“Manggis merupakan salah satu buah tropis unggulan Indonesia yang telah diekspor ke berbagai negara, antara lain Hongkong, China, Singapura, Malaysia, dan negara Timur Tengah,” tulis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pengembangan Hasil Pertanian Departemen Pertanian di website resminya. Pada 2011 produksi manggis Indonesia mencapai 2,13 juta ton. Sementara jumlah yang diekspor mencapai 12.600 ton. Dengan nilai 9,9 juta USD dan dalam lima tahun terakhir ekspornya menunjukkan trend peningkatan.
Di Aceh, berdasarkan data yang dirilis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Aceh tahun lalu, produksi manggis di Aceh pada 2012 mencapai 23.057 kwintal. Daerah-daerah penghasil manggis di Aceh adalah Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Singkil, Subulussalam, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Simeulue. Daerah penghasil komoditas tertinggi adalah Aceh Timur dengan jumlah produksi 7,538 kwintal, diikuti Aceh Utara 4,440 kwintal, dan Pidie Jaya 3,732 kwintal.
Manggis memiliki ciri-ciri fisik berupa batang tegak bertajuk lebar. Ketinggiannya dapat mencapai 10-30 meter. Kulit batangnya cokelat, keras, dan memiliki getah kuning dan lengket. Daunnya tunggal, dengan dudukan saling berhadapan atau bersilang berhadapan. Helai-helai daun tampak mengkilap di permukaan, berbentuk elips memanjang 12 - 13 cm dan lebar 4,5 - 10 cm. Tangkainya hanya sekitar 1,5-2 cm. “Manggis juga termasuk tanaman keras. Batang pohon dewasa bisa digunakan untuk industri furniture,” kata Rizki.
Buah manggis berbentuk bola tertekan. Saat muda warna kulit buahnya hijau kekuningan, berubah ungu tua saat sudah masak dengan kelopak dan kepala putik tetap. Dinding buah tebal, berdaging, ungu dengan getah kuning agak pahit. Memiliki 1-3 biji yang ditutupi selaput biji yang putih, tebal, dan dapat dimakan. Rasanya manis bercampur asam buah yang segar. Menurut penjelasan Rizki, panen buah manggis biasanya berbarengan dengan langsat dan rambutan.
Bukan hanya buahnya yang lezat untuk disantap. Manggis juga memiliki khasiat lainnya yang berguna untuk industri kesehatan, mulai dari daun, kulit buah, kulit batang, inti batang hingga akar, pohon manggis memiliki senyawa penting. Hasil riset menemukan, kulit manggis mengandung sekitar 50 jenis senyawa xanthone sebagai super antioksidan.
Peneliti Institut Bioteknologi GIFU Jepang Yukihiro Akao menyimpulkan, kandungan tersebut potensial mengatasi penyakit kanker. Temuan tersebut diikuti dengan riset-riset lanjutan yang mengungkap keandalan kulit manggis untuk mengatasi sakit jantung, osteoporosis, hipertensi, stroke, hingga HIV/AIDS. Kini selain dikonsumsi sebagai buah segar, manggis juga diolah menjadi berbagai suplemen penunjang kesehatan tubuh.
PENASARAN dengan rasa buahnya yang lezat , saya keluar masuk beberapa gampông di Pidie untuk mencari buah manggis. Di sebuah kios di Gampông Krueng Jangko, Kecamatan Geulumpang Minyeuk, saya menemukan buah tersebut. Di Ulee Glee, Pidie Jaya, di pinggir-pinggir jalan buah manggis juga banyak dijajakan di tepi jalan. Dijual bersama buah rambutan yang ranum. Buah manggis dengan kulitnya yang hitam keunguan secara kasatmata tak begitu menarik selera. Namun, di balik kulit buahnya tersimpan citarasa buah yang manis dan segar. Mengingatkan saya pada sebuah pantun lama: hitam-hitam si buah manggis, biar hitam manis rasanya.[]
***
Fakta tentang buah manggis:
- Jumlah isi buah manggis dapat dilihat dari bawah kulit luar buah manggis.
- Manggis telah digunakan dalam pengobatan tradisional kuno yang tercatat dalam sejarah Dinasti Ming.
- Banyak petani tidak mau membudidayakan manggis karena masa panen yang sangat lama.
- Manggis bersifat apomiksis obligat, biji tidak berasal dari fertilisasi dan diduga mempunyai keanekaragaman genetik sempit sehingga diperkirakan manggis di alam hanya satu klon dan sifatnya sama dengan induknya.
- Sifat kimia dari permukaan bawah kulit manggis terdiri dari berbagai polifenol, termasuk xanthones dan tanin yang menjamin astringent dapat menghambat perhatian serangga, jamur, virus tanaman, bakteri, dan pemangsa hewan, pada saat buah belum matang.
- Perubahan warna dan pelunakan kulit menjadi proses alami yang menunjukkan pematangan buah dapat dimakan dan benih telah selesai berkembang.
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malpighiales
Famili: Clusiaceae
Genus: Garcinia
Spesies: G. Mangostana.[]
Tulisan ini sudah dipublikasikan di Majalah The Atjeh
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)