Kupanggil kau Zenja...
Yang datang kala malam mulai menjelang
Mengirimkan burung-burung camar yang hendak pulang ke sarang
Mengirimkan angin semilir yang menusuk sanubari paling pribadi
Mengirimkan sengau waktu yang diseret mentari
Oh,
Kau Zenja paling kudamba
Yang meluruhkan seluruh daun-daun
Yang menjinakkan seluruh keliaran
Yang membuat takluk debu-debu beterbangan
Yang membuat hati berdegup riuh
Zenja,
Kau yang hadir saban waktu bergulir
Dan aku yang pulang saban waktu bergilir
Kita berpisah saat ujung bibirku bertemu dengan ujung matamu
Kau datang dengan mata terkatup
Aku pergi dengan bibir menganga
Zenja,
Kau tak pernah melihat apa yang seharusnya kau lihat
Sedang aku tak pernah mengatakan apa yang seharusnya kukatakan
Kita menatap dalam diam
Saling bicara dalam isyarat
Takdir membuat kita patuh pada semuanya
Zenja,
Ya, kau Zenja paling kudamba
Karena setelahmu purnama hadir di penanggalan ke-15
Purnama yang binarnya terpancar di matamu
Karena setelahmu bintang gemintang tak pernah sepi
Bintang yang percik sinarnya ada di hatimu
Zenja... oh Zenja...