Cinta tak pernah sudah. Sekalipun kita tidak bisa bernegosiasi dengan waktu. Cinta dalam definisiku bukan berarti pertemuan dua mahluk untuk kemudian menyulam banyak puisi. Bukan pula kontak fisik yang dengannya kita bisa mendendangkan semua harmoni.
Bagiku cinta adalah cinta itu sendiri. Yang tidak perlu kuterjemahkan apalagi mereka reka mengenai maknanya. Cinta adalah angin yang bisa kurasakan hadirnya. Yang ada dan nyata meski wujudnya tak pernah berbentuk.
Buatku cinta tak pernah sudah. Meski kita harus mencari definisi baru untuk mengartikan ketidakbersamaan. Kebersamaan hanya akan melahirkan pengharapan dan pertanyaan. Sedang aku ditakdirkan bukan untuk bertanya apalagi berharap.
Aku takkan pernah bertanya pada merak yang bersayap indah. Meski padanya sering kuceritakan tentang mimpi mimpiku. Padanya sering kukatakan tentang segala hasrat. Aku takkan pernah bertanya apalagi berharap. Sekalipun waktu akan meluruhkan sehelai sayapnya yang selama ini membuatnya enggan berpaling.
Cerita cerita itu hanya dongeng pengantar tidur. Seperti kicau seorang mabuk yang melantur. Cerita cerita itu mengalir bagai air bah, aku tidak tau apakah setetes saja ada hinggap di ingatannya. Aku terlalu banyak bercerita sehingga lupa apa yang kuharapkan darinya. Tapi yang kuingat tak pernah ia bertukar suka duka denganku. Itulah caranya membuatku seperti anai anai.
Cinta tak pernah sudah. Sekalipun aku tau dia hanya akan menjadi dongeng yang menarik diceritakan pada perempuan. Dia tak pernah ada. Puisi puisi ku lah yang membuatnya terus hidup. Sajak sajakku yang membuatnya terus ada. Rindu dan apa pun yang aku punya yang membuatnya terus hadir.
Aku hampir lupa berdiri di pojok tahun yang ke berapa sekarang. Aku terikat oleh bayang bayang angin yang menggelora. Melenakan. Membuai. Membuat hati menjadi berdenting denting. Nyaring yang berasal dari pecahan hati yang berserakan. Tetapi aku tidak akan memintanya untuk menyatukannya. Sebab cinta tak pernah sudah.[]
Bagiku cinta adalah cinta itu sendiri. Yang tidak perlu kuterjemahkan apalagi mereka reka mengenai maknanya. Cinta adalah angin yang bisa kurasakan hadirnya. Yang ada dan nyata meski wujudnya tak pernah berbentuk.
Buatku cinta tak pernah sudah. Meski kita harus mencari definisi baru untuk mengartikan ketidakbersamaan. Kebersamaan hanya akan melahirkan pengharapan dan pertanyaan. Sedang aku ditakdirkan bukan untuk bertanya apalagi berharap.
Aku takkan pernah bertanya pada merak yang bersayap indah. Meski padanya sering kuceritakan tentang mimpi mimpiku. Padanya sering kukatakan tentang segala hasrat. Aku takkan pernah bertanya apalagi berharap. Sekalipun waktu akan meluruhkan sehelai sayapnya yang selama ini membuatnya enggan berpaling.
Cerita cerita itu hanya dongeng pengantar tidur. Seperti kicau seorang mabuk yang melantur. Cerita cerita itu mengalir bagai air bah, aku tidak tau apakah setetes saja ada hinggap di ingatannya. Aku terlalu banyak bercerita sehingga lupa apa yang kuharapkan darinya. Tapi yang kuingat tak pernah ia bertukar suka duka denganku. Itulah caranya membuatku seperti anai anai.
Cinta tak pernah sudah. Sekalipun aku tau dia hanya akan menjadi dongeng yang menarik diceritakan pada perempuan. Dia tak pernah ada. Puisi puisi ku lah yang membuatnya terus hidup. Sajak sajakku yang membuatnya terus ada. Rindu dan apa pun yang aku punya yang membuatnya terus hadir.
Aku hampir lupa berdiri di pojok tahun yang ke berapa sekarang. Aku terikat oleh bayang bayang angin yang menggelora. Melenakan. Membuai. Membuat hati menjadi berdenting denting. Nyaring yang berasal dari pecahan hati yang berserakan. Tetapi aku tidak akan memintanya untuk menyatukannya. Sebab cinta tak pernah sudah.[]
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)