Rabu, 08 Februari 2017

Teh Poci


Saat sedang berkemas pagi tadi, wajahmu tiba-tiba melintas. Itulah kenapa aku berada di tempat ini sekarang, untuk bertemu denganmu.
Saat aku datang kafe ini baru saja buka, aku pelanggan pertamanya hari ini. Kupilih meja di dekat dinding di sebalah kanan pintu masuk, tempat yang sering kita pilih untuk menghabiskan sore bersama.
Lalu kupesan teh poci yang disuguhkan dengan gula batu. Di hadapanku kini, ada sebuah nampan berbahan tanah liat berisikan sebuah ceret dan sepasang cangkir, juga dari bahan tanah liat. Satu cangkir untukku, yang satu lagi untukmu.
Sedetik kemudian, aku mengirimkan pesan untukmu; aku di tempat di mana kita sering menghabiskan waktu bersama. Mari kita ngeteh.
Sengaja kupilih tempat ini, karena tidak terlalu jauh dari tempatmu beraktivitas saban harinya. Jadi, tidak akan ada waktu yang terbuang begitu banyak saat kau akan menemuiku nanti.
Setelah lama menunggu kau membalas singkat; lagi nggak sempat ngeteh, sedang kejar laporan....
Aku membaca pesanmu sambil menghela nafas panjang. Padahal aku sudah menyimpan sekeranjang cerita untuk kuberikan padamu.[]

7 Februari Menjelang siang
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

4 komentar:

  1. aku tau lokasi cafe ini, secara aku juga pernah menikmati secangkir poci bareng si rio pauleta. saranku ihan, pastikan kawan bicara bisa hadir sebelum poci dipesan. hehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. jenis tehnya beragamlah di situ. kemarin emang nggak hubungi dari awal hehehe.... tapi nggak masalah, udah sering sendiri duduk di kafe

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)