Penampakan Mesjid Raya Baiturrahman dari Taman Bustanussalatin (Taman Sari) Banda Aceh @Ihan Sunrise |
KESENDIRIAN selalu memberikan nilai lebih buatku. Di sini, di tempat ini, bersama bayangan, aku merayakannya sendiri. Dengan sekotak donat labu ketela dan sebotol minuman ringan.
Taman Sari, Saturday Nite, 6 Mei 2017.
***
Hingga memasuki usia yang lebih dari seperempat abad ini, ulang tahun bukan hari yang spesial buatku. Merayakannya juga bukan suatu kebiasaan. Aku bahkan kadang lupa dengan hari lahirku sendiri, sampai kadang-kadang Zenja mengingatkan, dengan satu atau dua puisi yang ia kirimkan. Begitulah cara kami saling merayakannya, hanya dengan saling bertukar puisi atau surat.
Tapi kali ini, entah mengapa aku merasa penting ingin merayakannya. Tentu saja dengan caraku sendiri. Tanpa keriuhan, tanpa kue, atau lilin yang dinyalakan hanya untuk dipadamkan. Aku merayakannya dalam senyap.
Bahkan sejak bertahun-tahun silam, salah satu laman media sosialku sengaja 'kugembok', agar orang-orang (baca: friend list) tidak bisa menuliskan ucapan selamat happy milad, happy birthday, atau sejenisnya di berandaku.
Tak hanya di dunia nyata, bahkan di dunia maya pun aku tak suka keriuhan. Hanya satu dua teman yang mengirimkan pesan lewan inbox, dan itu sudah cukup buatku.
Tapi kali ini aku ingin mengingatnya. Sabtu malam, ketika semua orang rumah sudah pergi, aku pun pergi menuju salah satu taman yang menjadi pusat keramaian di kota ini. Ya, apalagi kalau bukan Taman Sari.
Menikmati kesendirianku di sana. Mengamati lalu lalang manusia yang kali ini tidak begitu ramai seperti biasanya. Menyaksikan anak-anak bermain sepatu roda. Melihat aktivitas pedagang. Aku menemukan kebahagiaan lebih di sana. Aku merasa punya banyak waktu untuk kembali 'berkencan' dengan diriku sendiri. Aku menelusuri setiap detik waktu dari masa lalu hingga detik ini. Aku berdialog dengan diriku sendiri.
Dan menjelang tengah malam, aku menantikan detik-detik pergantian dari tanggal 6 ke tanggal 7 dengan menonton film India; Wake up, Sid! Dari sejumlah judul film yang ada, entah mengapa aku memilih film ini. Dan setelah menonton sebagiannya aku merasa surprise, Aisha, merayakan ulang tahunnya secara sederhana dengan Sid.
Sementara aku, 'merayakannya' dengan Ben. Semalam kami bertukar cerita sangat banyak dan lama. Aku rasa ini juga bukan kebetulan. Tuhan telah memilihkan kado yang berbeda untukku, sesuai keinginan dan harapanku. Obrolan dengan Ben kuanggap sebagai perayaan paling istimewa. Dan setiap kali berbincang dengannya aku merasa mendapatkan energi baru untuk melahirkan banyak narasi. Thank you Ben sudah menjadi teman yang berbeda. Dan kita akan selalu berteman dengan cara yang berbeda.
Aku juga menginginkan 'kado' yang lain di hari ulang tahunku kali ini. Tapi kado itu bukan berupa benda dan sejenisnya. Melainkan sepiring hidangan bernama sate belut. Dan alhamdulillah, lagi-lagi Tuhan mengabulkannya untukku. Bahagia malam ini menjadi semacam 'rapel' atas tahun-tahun yang telah lalu. Mendapatkan 'hadiah' sate belut adalah challange.
Hidangan sate belut dengan sambal yang khas @Ihan Sunrise |
Juga membuatku jadi lupa kalau pada malam sebelumnya aku ingin sekali mencekik seseorang yang 'menyebalkan', karena batal menikmati sate belut hanya karena dia 'kehabisan daya'. Padahal dia yang awalnya begitu antusias buat ngajakin makan. Dia juga yang memberitahuku perihal sate tak biasa ini. Dan karenanya aku menjadi sangat terprovokasi untuk mencicipinya.
"Makan sate belut yuk. Kepingin kali udah ini," ajakku lagi petang tadi.
"Yuklah." Jawabannya membuat hati ini mengembang seperti parasut terjun payung.
Malam ini kami berhasil menuntaskan rasa penasaran yang kami bincangkan sejak pekan lalu. See, betapa mudahnya menemukan kebahagiaan.
"Makan sate belut yuk. Kepingin kali udah ini," ajakku lagi petang tadi.
"Yuklah." Jawabannya membuat hati ini mengembang seperti parasut terjun payung.
Malam ini kami berhasil menuntaskan rasa penasaran yang kami bincangkan sejak pekan lalu. See, betapa mudahnya menemukan kebahagiaan.
Buat seseorang yang namanya tak kusebutkan di sini, thanks berat sudah membawaku makan sate belut malam ini. Tengkyu juga sudah menjadi teman paling jenaka dan riuh. Yang telah 'menumpahkan' cat berbagai warna di usia pertemanan kita yang masih seumur tauge. Sayuran yang kau pesan malam itu, tapi sayangnya tidak ada. Bahkan mendapatkan sepiring belut lebih mudah dari pada sepiring tumis tauge hehehe.
***
Refleksi @Ihan Sunrise |
Hidup sejatinya hanyalah tempat singgah. Di sini, di dunia ini kita menemukan banyak sekali persimpangan, kelokan-kelokan yang terjal, dan kabut yang menutupi jarak pandang. Tetapi selama kita masih membuka hati dan jiwa, Langit akan menuntun kita ke jalan yang benar dan indah.
Happy birthday, Ihan.
Teruslah menjadi mentari, yang menebar terang dan kehangatan, dinantikan saat akan terbit, diantar dengan bahagia ketika hendak terbenam.[]
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)