Aku tak pernah menduga jika akhirnya kamu hanya akan menjadi hantu di hidupku. Hantu yang terus bergerak, mengekori aku bahkan hingga ke alam mimpi. Membuat tidurku terganggu. Membuat nafasku memburu. Menerbitkan rindu berkali-kali.
Pada akhirnya, ya, pada akhirnya. Mengapa selalu harus berjeda dengan cara seperti ini? Siapa yang lebih egois, api kah, bara kah, atau percik api?
Aku melihat pesawat terbang melintas di atas kepalaku. Aku menyaksikan lampu-lampunya berkelap-kelip. Di perutnya. Di sayapnya. Di ekornya. Merah. Kuning. Hijau. Semoga semua gulana ini ikut terbang bersamanya. Melebur bersama awan yang paling rakus. Biar dia dimamahbiar hingga tak berbentuk.
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)