Aku memimpikanmu semalam, Zenja. Kita bergandengan tangan. Lalu berjalan beriringan. Mungkinkah kita sama-sama sibuk, sampai lupa saling menyapa, lalu mimpi mengingatkan kita?
Ah, apa pun itu, percayalah aku akan selalu menunggumu di lorong-lorong waktu yang pernah kita lalui itu. Meneguk hangatnya minuman yang kau racik dengan cinta di pagi hari. Menunggu atau memberi kabar dari dan untukmu selalu mendebarkan.
Menunggu September tiba. Rumah tempat aku berpulang. Aku boleh pergi dan mengembara sejauh-jauhnya, tetapi pada Septemberlah aku kembali. September begitu nyaman dan hangat. Karena memang di sana hati dan dirimu berada.
Tak banyak yang bisa kutuliskan. Mungkinkah kata-kata telah mengendap? Entahlah, Zenja...[]
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)