"Selamat pagi, Cinta."
Sayup-sayup kudengar suaramu mampir ke telingaku. Aku menggeliat. Menarik selimut dan bersiap untuk tidur kembali.
"Sayang?"
Kembali kudengar suaramu. Aku mengerjap-ngerjap. Mengumpulkan seluruh kesadaranku. Kutoleh ke kiri, mataku langsung menangkap berkas-berkas cahaya yang menembusi jendela kaca berlapis tirai putih dan cokelat muda.
"Sudah pagi rupanya..." aku membatin seraya menangkap sosokmu di sudut ruang.
Beberapa saat kemudian setelah mandi dan berkemas-kemas aku segera ke ruang makan. Setelah sebelumnya mendapat hadiah berupa pelukan yang hangat dan erat darimu, serta ciuman yang membuatku nyaris terbakar. Kau menyusul belakangan.
"Mau kopi?" tanyaku.
Kau menggeleng. Kau memilih jus jeruk segar dan beberapa potong sus. Sedangkan aku memilih sarapan dengan secangkir kopi, dua potong puding dan beberapa potong dadu semangka. Rasanya itu menjadi ritual pagi yang menyenangkan.
"Kita ke bawah saja," katamu sesaat setelah kita usai sarapan. "Di sana kita bisa ngobrol dengan leluasa."
"Kamu tampak lebih kurus," ujarmu semalam, sesaat sebelum kita menyusuri kota ini sambil bergandengan tangan.
"Itu karena tergerus rindu," jawabku setengah bercanda.
Kau ikut tertawa. Sangat bahagia rasanya bisa melihatmu tertawa seperti itu. Aku suka melihat senyum.
"Kita sudah lama tidak bertemu. Kamu punya cerita apa? Aku ingin mendengarnya..." suaramu bercampur dengan deru angin yang meliukkan pohon-pohon di sekitar kafe tempat kita duduk.
"Aku hanya ingin memelukmu. Menyatukan detak jantung kita," jawabku. "ada kalanya duduk diam, saling menatap, saling bertukar senyum lebih kurindukan daripada kalimat-kalimat panjang kita."[]
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)