Kedai kopi di pinggir Krueng Aceh tempat biasa aku duduk tidak seramai hari-hari biasa, hari ini. Mungkin karena Minggu sehingga orang-orang lebih memilih tempat nongkrong yang lebih "gaul" mungkin. Mungkin, ya. Karena di hari-hari biasa yang duduk di sini lebih sering pekerja kantoran memang.
Aku tiba tepat pukul enam belas sore. Dan kursi tempat biasa aku duduk sudah diduduki oleh seorang lelaki. Aku suka duduk di kursi itu karena posisinya yang rapat ke dinding. Mejanya kecil saja, dengan dua kursi posisinya saling berhadapan. Di meja yang kecil itulah biasanya laptopku berebut tempat dengan cangkir kopi, piring kue, kotak tisu, botol minuman, ponsel, dan ... terkadang buku.
Di dinding di kursi tempat biasa aku duduk itu pun hanya sebatas telingaku. Jadi, saat aku duduk, aku bisa leluasa melihat pemandangan di seberang sungai. Juga leluasa merasakan embusan angin yang lebih sering lasak dibandingkan sepoi-sepoi. Dari sini aku bisa memperhatikan orang-orang dengan leluasa, sebaliknya, aku tidak begitu menjadi pusat perhatian.
Karena mejanya kecil dan kursinya yang terbatas itulah kursi itu nyaris selalu kosong. Seramai apa pun pengunjungnya, setiap aku datang, aku selalu mendapat tempat di situ.
Dan karena kursi itu sudah ada yang menduduki, aku mencari kursi lain. Di sudut dekat dinding juga, tapi di sisi sebelah kanan.
Aku ke kedai kopi untuk bekerja. Itu sebabnya aku lebih sering sendiri. Terutama ketika aku sedang dikejar tenggat. Bekerja sendirian membuatku lebih fokus. Kebiasaanku, sebelum bekerja, selalu kuawali dengan memesan secangkir kopi hitam; mengeluarkan buku untuk kubaca barang sepuluh atau lima belas menit; membalas pesan-pesan di WhatsApp; dan scrolling media sosial. Setidaknya menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk semua itu.
Akhir pekan atau tidak, buatku sama saja. Semalam aku Zoom dengan rektor salah satu perguruan tinggi di Aceh. Kami berdiskusi selama 45 menit untuk membahas teknis bukunya yang sedang aku sunting. Hari ini, kurencanakan sejak pagi bisa menyelesaikan setidaknya dua bab untuk kusunting.
Rupa-rupanya rencana memang sering kali meleset dari yang dipikirkan. Rencanaku menyunting di kedai kopi, tapi jadinya malah berolahraga di taman dekat rumah. Pulang dari taman, aku memasak untuk makan siang. Setelah itu tidur siang dan baru terjaga menjelang pukul setengah empat sore. Bergegas aku mandi, lalu siap-siap dan meluncur ke kedai kopi.
Sepanjang waktu asar hingga menjelang magrib, ada satu bab yang kuselesaikan. Lumayan. Mengingat hari-hari ke depan sepertinya kegiatanku akan mulai padat. Aku membiasakan untuk lebih disiplin. Harus ada target untuk setiap harinya. Dengan target itulah aku bisa "menghalau" suara-suara yang bising di kepalaku.[]
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)