Sabtu, 01 Maret 2025

Selamat jalan, Black

Selamat jalan, Black

 Selamat jalan, Black.

Terima kasih sudah bertahun-tahun bersama kami.

Kau hadir sebagai pelipur di tengah kebosanan saat pandemi melanda.

Kerincingan di lehermu yang riuh saat menyambut kami pulang akan selalu jadi kenangan.

Kamu kucing yang manis, manja, tetapi tidak rewel.

Tatap pandangmu selalu teduh

Ekormu yang superpendek begitu lucu

dan “kaus putih” di kakimu itu menjadikanmu semakin istimewa bagi kami.

Black, kemarin kamuu masih bersama kami. Kau memang sakit dan tampak lemas, tapi bukankah setiap Ramadan kamu selalu sakit? Hingga tak sedikit pun kami curiga bahwa ini sakit yang akan mengantarmu pada peristirahatan terakhir.

Kemarin siang aku mendengar suaramu yang memilukan. Menyayat hatiku. Apakah kau bermaksud memberi tahu?

Black, sering kudengar cerita-cerita tentang kucing-kucing yang mau meninggal justru meninggalkan rumahnya, supaya pemiliknya tidak sedih dan berduka.

Tapi kamu justru membiarkan kami menyaksikan kepergianmu. Di waktu subuh di hari pertama Ramadan.


Black, ternyata kepergianmu bisa bikin patah hati.

AKu menguburkanmu pagi ini. Kugali tanah dengan cangkul dengan keringat dingin mengucur. Antar capai dan sedih. Kubalut jasadmu dengan kain putih dari Bu De. Kumassukkan kamu ke liang itu dan kututup dengan tanah. Tak lama kemudian hujan turun, seperti melengkapi rasa sedihku.

Kami nelangsa sekali. Kupikir, kehilangan kamu yang seekor kucing takkan sebesar ini, tapi rasa aku patah hati.


Beristirahat dengan tenang ya, Black.